Scopus Adalah: Definisi, Cara Terbit, dan Sistem Penilaian

Kosakata Kampus
Tayang 01 September 2025
Diperbarui 01 September 2025
Waktu Baca 7 Minutes

Sudah Direview Oleh Expert

Ditulis oleh

Alifia Kamila

Scopus menjadi salah satu basis data dan literatur ilmiah terbesar di dunia yang digunakan oleh peneliti, dosen, dan akademisi dari berbagai negara. Artikel ini bakal bantu jelasin cara kerja, fungsi, sampai perbedaan Scopus dengan Sinta. Jangan lupa simak sampai akhir!

Informasi Kunci

  • Scopus adalah pangkalan data literatur ilmiah yang dikelola oleh Elsevier dan berisi jutaan artikel jurnal, prosiding konferensi, hingga buku.
  • Untuk bisa menerbitkan jurnal di Scopus, penulis harus memilih jurnal yang sudah terindeks Scopus, lalu mengirimkan naskah melalui sistem submission online milik jurnal tersebut. 
  • Biaya menerbitkan artikel di jurnal Scopus bervariasi, tergantung kebijakan tiap penerbit. Contohnya, jurnal bereputasi tinggi seperti Nature mengutip biaya sekitar Rp 75 juta per artikel.

Apa yang Dimaksud dengan Scopus?

Scopus adalah database literatur ilmiah terbesar di dunia yang digunakan buat mencari, melacak, dan menganalisis jurnal ilmiah dari berbagai bidang. Platform ini mencakup ribuan jurnal terindeks dari penerbit bereputasi dan sering jadi acuan dalam dunia akademik.

Scopus juga dikenal sebagai alat penilaian kualitas penelitian karena menyediakan metrik seperti jumlah sitasi, h-index, hingga peringkat jurnal (quartile). Banyak institusi pendidikan dan peneliti yang mengandalkan Scopus untuk mengevaluasi kinerja dan reputasi ilmiah.

Siapa yang Mengelola Scopus?

Scopus dikelola oleh Elsevier, salah satu penerbit ilmiah terbesar dan paling berpengaruh di dunia. Perusahaan ini berbasis di Belanda dan sudah lama dikenal dalam bidang publikasi jurnal, buku akademik, serta layanan informasi ilmiah.

Dengan pengelolaan dari Elsevier, Scopus terus diperbarui secara rutin agar tetap relevan dan akurat yang membuatnya jadi sumber terpercaya bagi mahasiswa, dosen, hingga peneliti profesional.

Apa Perbedaan Scopus dan Sinta?

Scopus dan Sinta sebenarnya punya cakupan berbeda. Scopus adalah database ilmiah internasional yang terdapat jutaan artikel jurnal, konferensi, dan buku. Karena cakupannya global, Scopus sering dijadikan standar internasional dalam mengukur kualitas penelitian.

Sementara itu, Sinta (Science and Technology Index) adalah sistem pemeringkatan karya ilmiah yang dikembangkan oleh Kemdikbudristek. Fokusnya lebih pada jurnal-jurnal dan publikasi ilmiah dari peneliti Indonesia. 

Apa Fungsi Scopus?

Scopus nggak cuma jadi tempat mencari jurnal, tapi juga punya banyak fungsi penting buat dunia akademik dan riset. Berikut beberapa fungsi utama Scopus yang bikin database ini jadi andalan para peneliti dan dosen:

  • Pencarian Literatur Ilmiah – Menyediakan akses ke jutaan artikel jurnal dari seluruh dunia yang sudah melalui proses peer-review.
  • Analisis Metrik Kutipan (Citation Metrics) – Membantu mengevaluasi seberapa sering suatu artikel dikutip yang mencerminkan pengaruhnya dalam bidang tertentu.
  • Evaluasi Kualitas Penelitian – Digunakan oleh institusi atau lembaga untuk menilai kualitas publikasi dan produktivitas riset seorang peneliti.
  • Pemantauan Tren Penelitian – Mempermudah peneliti dalam melihat perkembangan topik atau bidang tertentu dari waktu ke waktu.
  • Analisis Kinerja Penulis dan Institusi – Menyajikan data tentang produktivitas dan dampak penelitian dari individu atau lembaga tertentu.
  • Mendukung Publikasi Ilmiah – Jadi acuan penerbit jurnal untuk memastikan kualitas konten yang akan dimuat.
  • Membangun Profil Peneliti – Peneliti bisa punya profil yang menunjukkan karya, kutipan, hingga h-index di Scopus.
  • Meningkatkan Reputasi Akademik – Publikasi di jurnal terindeks Scopus bisa menaikkan kredibilitas peneliti dan institusinya.
  • Mendukung Akreditasi Institusi – Jadi salah satu indikator penting dalam proses akreditasi kampus dan lembaga riset, baik nasional maupun internasional.

Bagaimana Cara Menerbitkan Jurnal Scopus?

Menerbitkan jurnal di Scopus memang nggak semudah yang dibayangkan, tapi tetap bisa dicoba. Selama naskahmu memenuhi standar ilmiah dan ketentuan jurnal, peluangnya tetap terbuka. Nah, inilah langkah-langkah umum yang bisa kamu ikuti:

  • Tentukan Topik dan Buat Naskah Ilmiah – Pilih topik yang relevan, aktual, dan punya kontribusi ke bidang ilmu tertentu. Pastikan naskah ditulis dengan struktur ilmiah yang jelas.
  • Pilih Jurnal yang Terindeks Scopus – Cari jurnal yang sesuai dengan bidang topikmu lewat website Scopus atau lewat portal jurnal kampus.
  • Cek Author Guidelines Jurnal – Setiap jurnal punya aturan berbeda-beda. Pastikan kamu mengikuti format penulisan, jumlah kata, gaya sitasi, dan ketentuan lainnya.
  • Submit ke Jurnal yang Dipilih – Lakukan pengiriman artikel lewat sistem OJS (Open Journal System) atau sistem pengiriman jurnal masing-masing.
  • Lalui Proses Peer-Review – Naskahmu akan diperiksa oleh reviewer yang ahli di bidangnya. Proses ini bisa memakan waktu dan mungkin ada revisi yang perlu dilakukan.
  • Terbit dan Terindeks di Scopus – Kalau naskahmu diterima dan dipublikasikan, artikelnya akan otomatis masuk ke database Scopus jika jurnalnya sudah terindeks.

Bagaimana Cara Mengunduh Artikel Scopus?

Mengunduh artikel dari Scopus biasanya sebagian besar sifatnya berbayar. Namun, ada beberapa cara legal yang bisa dicoba untuk akses artikel Scopus secara gratis sebagaimana berikut ini:

  • Langsung dari Website Scopus – Cara pertama tentu masuk ke www.scopus.com dan cari artikel yang kamu butuhkan, lalu cek apakah tersedia tombol “Download PDF”. Kalau tidak ada, artinya kamu harus membayar artikel tersebut untuk mendapatkannya.
  • Lewat Akses Kampus atau Perpustakaan – Banyak perguruan tinggi yang langganan database Scopus. Kamu bisa login pakai akun kampus atau akses dari jaringan internet kampus untuk mengunduh artikel secara gratis.
  • Gunakan ResearchGate atau Academia.edu – Cari judul artikel di platform ini karena terkadang penulisnya upload versi PDF secara legal dan gratis.
  • Gunakan Open Access Journal – Prioritaskan artikel dari jurnal open access yang memang disediakan secara gratis oleh penulis atau penerbitnya.

Apa Itu Q1, Q2, Q3, dan Q4 Scopus?

Dalam dunia jurnal ilmiah yang terindeks Scopus, kamu mungkin sering dengar istilah Q1, Q2, Q3, dan Q4. Kode ini merupakan pembagian jurnal berdasarkan kuartil atau peringkat kualitasnya dalam satu bidang keilmuan tertentu. Berikut penjelasannya:

  • Q1 (Quartile 1) –  Jurnal-jurnal top yang masuk 25% teratas dalam bidangnya. Ini termasuk yang paling bergengsi dan biasanya punya tingkat seleksi sangat ketat.
  • Q2 (Quartile 2) – Masih termasuk jurnal berkualitas tinggi, tapi berada di urutan 25%–50% dalam klasifikasi bidangnya. Banyak peneliti juga mengincar Q2 karena tetap kredibel dan prestisius.
  • Q3 (Quartile 3) – Jurnal menengah yang berada di peringkat 50%–75%. Kualitasnya cukup baik dan sering jadi tempat publikasi bagi peneliti yang masih membangun reputasi.
  • Q4 (Quartile 4) – Berada di 25% terbawah, tapi tetap masuk indeks Scopus. Biasanya, punya seleksi yang lebih longgar dibanding kuartil lainnya.

Baca Juga: Dosen Tetap Adalah: Pengertian, Tugas, Gaji & Syarat Lengkap

Bagaimana Sistem Penilaian Scopus?

 

scopus adalah

Sumber: Freepik

Sistem penilaian Scopus menggunakan beberapa metrik utama buat mengukur kualitas dan dampak dari jurnal ilmiah. Salah satu yang paling dikenal adalah Scimago Journal Rank (SJR) yang menilai pengaruh jurnal berdasarkan jumlah dan kualitas kutipan yang diterima. 

Scopus juga memakai CiteScore, Source Normalized Impact per Paper (SNIP), dan h-index untuk evaluasi yang lebih menyeluruh. Metrik-metrik ini memperhitungkan seberapa sering artikel dikutip, seberapa relevan sumber kutipan, dan produktivitas serta dampak penulisnya. 

Bagaimana Cara Menemukan Kuartil di Scopus?

Kalau kamu ingin tahu suatu jurnal masuk kuartil berapa (Q1, Q2, Q3, atau Q4), Scopus menyediakan cara praktis untuk mengeceknya lewat situs mitra, yaitu Scimago Journal & Country Rank (SJR). Berikut langkah-langkahnya:

  • Buka Situs Scimago Journal & Country Rank – Pertama, kunjungi laman https://www.scimagojr.com yang jadi sumber resmi data kuartil jurnal dari Scopus.
  • Ketik Nama Jurnal di Kolom Pencarian – Masukkan judul jurnal yang kamu cari secara lengkap untuk memastikan hasilnya tepat dan relevan.
  • Pilih Jurnal yang Sesuai dari Hasil Pencarian – Setelah muncul, klik nama jurnal tersebut untuk masuk ke halaman profilnya.
  • Cek Bagian “Quartile” di Halaman Jurnal – Di situ, kamu akan melihat kuartil jurnal berdasarkan bidang keilmuan tertentu, misalnya Q1 untuk bidang Computer Science atau Q2 untuk Social Sciences.

Bagaimana Cara Mengecek Apakah Jurnal Terindeks Scopus?

Sementara, kamu bisa mengecek dengan mudah apakah sebuah jurnal sudah terindeks Scopus atau belum dengan menerapkan cara di bawah ini:

  • Buka Situs Scopus Sources – Akses laman https://www.scopus.com/sources, tempat resmi untuk melihat daftar jurnal yang terindeks di Scopus.
  • Gunakan Fitur Pencarian – Masukkan nama jurnal yang ingin kamu cek di kolom pencarian. Jangan lupa tulis nama jurnal secara lengkap supaya hasilnya akurat.
  • Cek Hasil Pencarian – Kalau jurnal tersebut memang terindeks, maka akan muncul dalam daftar. Kamu bisa klik nama jurnal untuk melihat informasi lebih detail.
  • Periksa Status Coverage-nya – Di halaman jurnal, kamu bisa melihat tahun berapa jurnal mulai terindeks dan apakah masih aktif sampai sekarang.

Berapa Lama Jurnal Terindeks Scopus?

Setelah jurnal diajukan, proses indeks Scopus biasanya minimal butuh waktu sekitar tiga bulan untuk proses evaluasi oleh tim Scopus Content Selection & Advisory Board (CSAB). Lamanya waktu ini tergantung pada kelengkapan dokumen dan kualitas jurnal yang diajukan.

Setelah disetujui dan terindeks, Scopus akan mulai mencatat artikel-artikel dari jurnal tersebut sesuai dengan coverage year yang ditentukan. Namun, kalau kualitas jurnal menurun, Scopus juga bisa menghentikan pengindeksannya kapan saja. 

Apa Kegunaan ID Scopus?

Apa Kegunaan ID Scopus?

ID Scopus adalah nomor identitas unik yang diberikan kepada penulis yang pernah menerbitkan artikel di jurnal terindeks Scopus. Dengan ID ini, seluruh publikasi, kutipan, dan metrik penulis bisa dilacak secara otomatis dalam satu profil yang terorganisir.

Fungsinya penting banget, terutama untuk memantau rekam jejak akademik, menghitung h-index, dan menilai kinerja penelitian. ID Scopus juga sering diminta saat mengajukan hibah penelitian, mendaftar beasiswa, atau mengikuti seleksi jabatan akademik.

Scopus Bayar Berapa?

Biaya publikasi di jurnal yang terindeks Scopus sangat beragam tergantung model jurnal dan reputasinya. Untuk jurnal open access, biaya (APC) umumnya berkisar antara Rp7 juta hingga Rp75 juta per artikel.

Sebagai contoh, Jurnal Nature dengan biaya sekitar Rp75 juta, Science yang biayanya sekitar Rp60 juta, atau PLOS One yang menetapkan biaya sekitar Rp20 juta. 

Apa Faktor yang Memengaruhi Biaya Scopus?

Biaya untuk menerbitkan artikel di jurnal terindeks Scopus memang bervariasi tergantung beberapa faktor tertentu. Ini dia sederet hal yang memengaruhi besar kecilnya biaya tersebut:

  • Peringkat Jurnal (Quartile) – Jurnal dengan peringkat tinggi seperti Q1 biasanya mematok biaya lebih mahal karena reputasinya yang sudah diakui secara global.
  • Jenis Jurnal – Open access journal umumnya membebankan biaya publikasi (Article Processing Charge/APC) kepada penulis, sedangkan jurnal berbayar bagi pembaca kadang tidak memungut biaya dari penulis.
  • Kebijakan Penerbit – Setiap penerbit memiliki kebijakan yang berbeda soal biaya, mulai dari gratis hingga jutaan rupiah per artikel.
  • Negosiasi – Beberapa jurnal memperbolehkan negosiasi atau pemberian diskon khusus, misalnya untuk penulis dari negara berkembang atau berdasarkan jumlah halaman/artikel.

Apakah Scopus Bisa Gratis?

Scopus memang identik dengan jurnal-jurnal bereputasi tinggi yang sering kali berbayar. Namun, ada beberapa jurnal Scopus yang tidak memungut biaya publikasi, terutama yang bukan open access.

Peneliti bisa mencari jurnal tipe ini lewat DOAJ (Directory of Open Access Journals) atau membaca panduan di situs jurnal. Jurnal Scopus yang gratis cenderung punya seleksi yang lebih ketat karena hanya menerima artikel berkualitas dan kontribusi signifikan di bidangnya.

Baca Juga: Silabus Adalah: Pengertian, Tujuan, dan Komponennya

FAQ

1. Apakah semua jurnal bisa masuk Scopus?

Nggak semua jurnal bisa masuk ke dalam Scopus. Hanya jurnal yang memenuhi standar kualitas tinggi dan lolos proses evaluasi ketat yang bisa terindeks di sana. 

2. Apa bedanya Scopus dan Google Scholar?

Google Scholar bisa diakses siapa aja dan cakupannya luas, tapi nggak semua isinya terverifikasi. Sementara, Scopus lebih selektif dan hanya memuat jurnal yang sudah dinilai berkualitas tinggi. 

3. Apakah Scopus hanya untuk dosen dan peneliti?

Mahasiswa bahkan pelajar pun bisa ikut publish di jurnal Scopus, selama karya ilmiahnya memenuhi standar. Beberapa lomba ilmiah tingkat nasional juga ada yang membuka peluang untuk publikasi ke Scopus sebagai hadiah atau tindak lanjut.

Kejar Peluang Kuliahmu Bersama Cakrawala University!

Scopus menjadi salah satu hal yang wajib diketahui mahasiswa, terutama buat yang punya minat jadi peneliti atau akademisi di masa mendatang. Sekarang, tiap kampus juga berlomba-lomba mendukung mahasiswanya buat bisa menerbitkan karya ilmiah. 

 

Artinya, lingkungan kampus yang suportif bisa membuka peluang baru selama kuliah. Ngomongin soal perguruan tinggi berkualitas, Cakrawala University hadir dengan berbagai fasilitas dan pembelajaran up-to-date

 

Di sini, kurikulumnya sudah berbasis industri dan ada bimbingan dari dosen praktisi berpengalaman. Jadi, ilmunya sudah pasti aplikatif dan relevan dengan dunia profesional. 

 

Nggak cuma itu, tersedia Program 1 Tahun Fokus yang memungkinkan buat mendalami teori selama 3 tahun + 1 tahun terakhir mengikuti magang atau proyek bersama perusahaan mitra. 

 

Setelah lulus, prospek kerjanya pun lebih luas lewat Program Penyaluran Kerja yang sudah terhubung dengan 840+ mitra

 

Jangan sampai kelewatan kesempatannya! Jadi bagian Cakrawala University sekarang juga atau bisa lakukan konsultasi lebih lanjut di sini

Banner Picture

Kategori:

Kosakata Kampus

Cakrawala

Share

Penulis

Alifia Kamila

Alifia adalah seorang lulusan Bahasa dan Sastra Inggris yang menaruh minat mendalam di bidang kepenulisan. Sebagai SEO Content Writer Cakrawala University, Alifia menulis berbagai konten berkaitan dengan pendidikan, karier, dan pengembangan diri.

Logo Cakrawala Black

Jl. Kemang Timur No.1, RT.14/RW.8, Pejaten Barat, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

© 2023 Cakrawala University. All Rights Reserved.