Tahu nggak sih, barang yang kita pakai sehari-hari itu ternyata dibuat dan dikirim oleh perusahaan dengan menghasilkan limbah yang besar, lho. Nah, Green Supply Chain Management hadir untuk membantu mengatur alur prosesnya biar lebih ramah lingkungan.
Tapi, apa itu sebenarnya Green Supply Chain Management? Bagaimana manfaat dan contoh praktiknya di perusahaan? Kalau penasaran, yuk simak artikel ini biar kamu bisa paham cara perusahaan mengelola alur barang dan jasa tanpa merusak lingkungan!
Key Takeaways
- Green Supply Chain Management (GSCM) merupakan cara perusahaan mengelola alur barang dan jasa mereka dengan memperhatikan lingkungan.
- Penerapan GSCM penting karena bantu perusahaan meminimalkan dampak lingkungan, meningkatkan efisiensi, dan membuka peluang keunggulan kompetitif.
- Universitas Cakrawala melalui Jurusan Teknik Industri mengajarkan GSCM secara menyeluruh dengan kurikulum berbasis praktik industri, didukung dosen praktisi, dan magang sejak semester pertama sehingga lulusannya lebih siap kerja sejak awal.
Apa Itu Green Supply Chain Management (GSCM)?
Green Supply Chain Management (GSCM) adalah cara perusahaan mengatur alur barang dan jasa, mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, hingga produk akhir sampai ke konsumen, dengan memperhatikan lingkungan.
Tujuannya adalah mengurangi limbah, emisi, dan dampak negatif pada alam, sambil tetap menjaga seluruh prosesnya tetap efisien.
GSCM bantu perusahaan menjalankan kegiatan rantai pasok secara ramah lingkungan. Ini bisa mencakup mengurangi (reduce) jumlah sampah, menggunakan kembali (reuse) bahan, mendaur ulang (recycle), dan membuat desain produk yang lebih aman bagi lingkungan.
Dengan begitu, perusahaan tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar, tapi juga menjaga kelestarian sumber daya. Intinya, GSCM membuat kegiatan rantai pasok jadi lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Apa Saja Prinsip Inti dari Green Supply Chain Management (GSCM)?
Green Supply Chain Management (GSCM) punya beberapa prinsip inti yang jadi panduan perusahaan dalam mengelola alur barang dan jasa secara ramah lingkungan. Nah, ini dia aspek kunci GSCM:
- Desain Ekologis (Eco-Design): Merancang produk supaya tahan lama, mudah dibongkar, dan menggunakan bahan yang bisa didaur ulang.
- Pengadaan Ramah Lingkungan (Green Procurement): Memilih pemasok yang memiliki kebijakan lingkungan kuat dan menggunakan bahan baku ramah lingkungan.
- Manufaktur Bersih (Clean Manufacturing): Menggunakan proses produksi yang mengurangi limbah, emisi, dan konsumsi energi.
- Logistik Hijau (Green Logistics): Mengatur rute transportasi secara optimal, memilih moda yang hemat energi, dan mengelola pengemasan untuk meminimalkan limbah.
- Pengelolaan Rantai Pasokan Terbalik (Reverse Logistics): Mengumpulkan produk bekas dari konsumen untuk didaur ulang, digunakan kembali, diperbaiki, atau dibuang secara bertanggung jawab.
- Pengelolaan Limbah (Waste Management): Memastikan semua limbah dari rantai pasok dikelola sesuai aturan lingkungan. Jika memungkinkan, limbah diubah menjadi sumber daya yang berguna untuk mengurangi dampak negatif.
Apa Saja Tujuan dan Manfaat Green Supply Chain Management (GSCM)?

Sumber: Freepik
Terus, apa sih tujuan dan manfaat dari penerapan Green Supply Chain Management (GSCM) bagi perusahaan? Berikut beberapa manfaat dan tujuan GSCM yang penting untuk diketahui:
- Meminimalkan Dampak Lingkungan: GSCM membantu perusahaan mengurangi jejak karbon, emisi gas rumah kaca, dan polusi dari seluruh proses rantai pasok, mulai dari bahan baku hingga produk akhir.
- Meningkatkan Efisiensi: Dengan mengoptimalkan penggunaan energi, bahan baku, dan sumber daya, perusahaan bisa mengurangi pemborosan dan biaya operasional.
- Memenuhi Regulasi Lingkungan: GSCM membuat perusahaan lebih mudah mematuhi peraturan lingkungan yang semakin ketat, sekaligus meminimalkan risiko hukum dan denda.
- Keunggulan Kompetitif: Perusahaan yang menerapkan GSCM bisa menarik konsumen yang peduli lingkungan dan membedakan diri dari pesaing di pasar.
- Inovasi Berkelanjutan: Prinsip GSCM mendorong pengembangan produk dan proses baru yang lebih ramah lingkungan, efisien, dan bernilai tambah.
- Reputasi Perusahaan: Penerapan GSCM membangun citra positif, meningkatkan kepercayaan konsumen, dan menunjukkan tanggung jawab sosial serta lingkungan perusahaan.
- Kualitas Produk & Proses: Proses produksi yang lebih bersih dan efisien membuat produk lebih konsisten, aman, dan bernilai tambah bagi konsumen.
Cek juga:
- Jurusan Supply Chain Management: Peluang Karier dan Gaji
- 7 Kampus dengan Jurusan Supply Chain Management di Indonesia
Apa Saja Aktivitas Utama dalam Green Supply Chain Management (GSCM)?
Dalam Green Supply Chain Management (GSCM), ada beberapa aktivitas utama yang bikin alur barang dan jasa lebih ramah lingkungan. Ini dia aktivitas utama dalam GSCM:
1. Perencanaan & Pengembangan Produk Hijau (Green Product Development)
Perencanaan produk hijau maksudnya fokus merancang produk agar lebih ramah lingkungan sepanjang siklus hidupnya. Aktivitas ini membantu perusahaan mengurangi dampak negatif terhadap alam dan membuat produk lebih efisien.
Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam pengembangan produk hijau antara lain:
- Pengurangan Bahan: Mendesain produk lebih ringan atau menggunakan material yang lebih sedikit, sehingga menghemat bahan baku dan sumber daya alam..
- Kemudahan Daur Ulang: Memilih material yang mudah dipisahkan dan didaur ulang di akhir masa pakai produk.
- Efisiensi Energi: Merancang produk agar menggunakan energi lebih sedikit saat dipakai konsumen.
- Pendekatan Desain Khusus: Menggunakan konsep seperti Design for Disassembly (DfD) dan Design for Environment (DfE) untuk memastikan produk mudah dirakit, dibongkar, dan ramah lingkungan.
2. Pengadaan Hijau (Green Procurement)
Pengadaan hijau adalah proses memilih pemasok dan bahan baku yang ramah lingkungan. Aktivitas ini membantu perusahaan memastikan sumber daya yang digunakan lebih berkelanjutan dan berdampak lebih kecil pada lingkungan.
Beberapa fokus utama dalam pengadaan hijau antara lain:
- Kriteria Pemilihan Pemasok: Memilih pemasok berdasarkan sertifikasi lingkungan seperti ISO 14001, rekam jejak kepatuhan terhadap peraturan lingkungan, dan penggunaan bahan daur ulang.
- Bahan Baku Berkelanjutan: Memberikan prioritas pada bahan yang dapat didaur ulang, tidak beracun, hemat energi saat diproduksi, atau berasal dari sumber daya terbarukan.
- Mendukung Rantai Pasok Berkelanjutan: Memastikan semua bahan baku dan pemasok selaras dengan prinsip GSCM untuk mengurangi dampak negatif lingkungan.
3. Produksi Hijau (Green Manufacturing)
Selanjutnya, ada produksi hijau, yaitu cara perusahaan mengatur proses produksi supaya lebih ramah lingkungan. Aktivitas ini fokus mengurangi limbah, emisi, dan konsumsi sumber daya sambil tetap menjaga kualitas produk.
Beberapa praktik utama dalam produksi hijau antara lain:
- Pengurangan Limbah (Waste Reduction): Menerapkan teknik produksi bersih, seperti lean manufacturing, untuk meminimalkan produk cacat dan limbah padat.
- Efisiensi Energi: Menggunakan mesin hemat energi, mengoptimalkan tata letak pabrik, dan memanfaatkan sumber energi terbarukan dalam operasional produksi.
- Manajemen Air: Mengurangi konsumsi air dan mengolah air limbah secara tepat sebelum dibuang agar tidak merusak lingkungan.
- Optimalisasi Proses Produksi: Menyederhanakan alur kerja dan menggunakan bahan baku secara efisien untuk mengurangi pemborosan dan dampak lingkungan.
4. Transportasi dan Logistik Hijau (Green Logistics & Transportation)
Transportasi dan logistik hijau fokus membuat pengiriman barang lebih ramah lingkungan. Tujuannya untuk mengurangi jejak karbon dari pergerakan produk tanpa mengorbankan kecepatan dan efisiensi pengiriman.
Beberapa praktik utama dalam logistik hijau antara lain:
- Optimalisasi Rute: Menggunakan software digital untuk merencanakan rute pengiriman paling efisien, sehingga jarak tempuh dan konsumsi bahan bakar bisa berkurang.
- Pemilihan Moda Transportasi: Memilih moda transportasi yang lebih hemat energi, misalnya kereta api atau kapal untuk jarak jauh, bila memungkinkan.
- Konsolidasi Pengiriman: Menggabungkan beberapa pengiriman dalam satu perjalanan untuk memaksimalkan kapasitas kendaraan dan mengurangi perjalanan kosong.
- Pengemasan Ramah Lingkungan: Mengurangi penggunaan bahan kemasan sekali pakai dan memanfaatkan material daur ulang agar limbah berkurang.
5. Logistik Terbalik (Reverse Logistics)
Logistik terbalik adalah proses menangani produk setelah digunakan oleh konsumen. Aktivitas ini membantu perusahaan meminimalkan limbah dan memanfaatkan kembali produk atau bahan yang masih berguna.
Beberapa praktik utama dalam logistik terbalik antara lain:
- Pengumpulan dan Pengembalian: Membangun sistem untuk mengumpulkan produk bekas, kemasan, atau sisa bahan dari konsumen.
- Daur Ulang dan Penggunaan Kembali: Memproses produk yang dikembalikan untuk mendapatkan kembali bahan mentah atau memperbaikinya agar bisa dijual kembali.
- Pembuangan yang Bertanggung Jawab: Jika daur ulang tidak memungkinkan, limbah berbahaya dibuang sesuai peraturan lingkungan yang ketat.
- Optimasi Proses: Menyederhanakan alur pengembalian dan pengolahan produk agar lebih efisien dan ramah lingkungan.
Contoh Praktik Green Supply Chain Management (GSCM)

Sumber: Freepik
Sekarang ini, sudah banyak perusahaan yang menerapkan Green Supply Chain Management (GSCM) secara nyata di berbagai industri. Berikut beberapa contoh praktik GSCM yang bisa kamu lihat:
1. Industri Manufaktur Elektronik
Di industri elektronik, perusahaan sudah mulai menerapkan GSCM untuk membuat produk lebih ramah lingkungan. Aktivitas ini mencakup perancangan produk, efisiensi produksi, dan pengelolaan produk setelah digunakan.
Beberapa praktik utama antara lain:
- Desain Produk Hijau: Menggunakan bahan daur ulang atau bisa didaur ulang, merancang produk agar mudah diperbaiki, dan mengurangi bahan berbahaya. Contoh Apple dan Dell, menerapkan prinsip ini pada smartphone dan laptop mereka.
- Efisiensi Produksi: Memanfaatkan energi terbarukan, meningkatkan efisiensi energi di pabrik, dan menjalankan sistem daur ulang internal.
- Logistik Terbalik (Reverse Logistics): Program pengambilan kembali produk lama dari konsumen, misalnya smartphone, untuk diambil komponen atau didaur ulang agar limbah berkurang.
2. Industri Makanan dan Minuman (F&B)
Di sektor makanan dan minuman, GSCM diterapkan untuk membuat produk lebih ramah lingkungan dari hulu ke hilir. Aktivitasnya mencakup pengemasan, pengadaan bahan baku, hingga pengiriman produk ke konsumen.
Beberapa praktik utama antara lain:
- Pengemasan Berkelanjutan: Mengurangi penggunaan plastik dan beralih ke kemasan yang lebih ringan atau mudah didaur ulang. Contoh: Sinar Sosro dan Unilever sudah menerapkan kemasan ramah lingkungan pada produknya.
- Pengadaan Berkelanjutan: Bekerja sama dengan petani lokal untuk memastikan praktik pertanian yang efisien, adil, dan ramah lingkungan. Contoh: Starbucks dan Nestlé fokus pada penggunaan air yang efisien dan mengurangi pestisida.
- Logistik dan Distribusi Dingin: Mengoptimalkan rute pengiriman dan menggunakan armada pendingin yang lebih hemat energi untuk mengurangi emisi karbon.
3. Industri Garmen/Tekstil
Industri garmen dan tekstil dikenal punya dampak lingkungan yang cukup besar, terutama dari penggunaan air dan bahan kimia. Nah, perusahaan mulai menerapkan GSCM untuk membuat produk lebih ramah lingkungan sepanjang siklus hidup pakaian.
Beberapa praktik utama antara lain:
- Bahan Baku Ramah Lingkungan: Merek seperti Patagonia dan H&M (melalui koleksi Conscious) memprioritaskan katun organik, linen, dan serat daur ulang seperti poliester dari botol plastik untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baru.
- Pengolahan Limbah Air dan Bahan Kimia: Pabrik modern menggunakan sistem daur ulang air tertutup (closed-loop water systems) dan memastikan pewarna atau bahan kimia aman untuk lingkungan.
- Model Bisnis Sirkular: Program pengambilan kembali pakaian bekas dari pelanggan untuk didaur ulang menjadi bahan baru atau dijual kembali sebagai pakaian second-hand, memperpanjang umur pakai produk.
4. Industri Perbankan dan Jasa
Walaupun industri jasa tidak punya rantai pasokan fisik seperti manufaktur, GSCM tetap diterapkan lewat praktik yang ramah lingkungan. Perusahaan jasa dan bank mulai memperhatikan dampak lingkungan dari kegiatan mereka dan interaksi dengan klien.
Beberapa praktik utama antara lain:
- Digitalisasi Operasional: Bank besar, seperti BCA dan Bank Mandiri, beralih ke layanan digital (e-banking, e-statement) untuk mengurangi konsumsi kertas, energi percetakan, dan transportasi dokumen fisik.
- Pengadaan Hijau (Green Procurement): Memilih vendor kantor, seperti katering atau penyedia alat tulis, yang mematuhi standar keberlanjutan, serta memanfaatkan listrik dari sumber terbarukan (misal PLTS) di fasilitas kantor.
- Pembiayaan Berkelanjutan: Bank memasukkan kriteria lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dalam keputusan pinjaman dan memberi dukungan ke proyek hijau atau ramah lingkungan.
5. Industri Otomotif
Industri otomotif mulai beralih ke kendaraan listrik dan proses produksi yang lebih hemat sumber daya. Perusahaan otomotif besar kini menerapkan praktik GSCM untuk mengurangi limbah dan dampak lingkungan dari produksi hingga distribusi kendaraan.
Beberapa praktik utama antara lain:
- Manufaktur Efisien Energi: Pabrik mobil modern seperti Tesla Giga Berlin dan fasilitas BMW memanfaatkan robotika canggih serta energi terbarukan untuk mengurangi limbah material selama perakitan.
- Penggunaan Material Daur Ulang: Kendaraan baru mulai menggunakan plastik daur ulang, aluminium, dan bahan berbasis bio, seperti serat alami untuk panel interior.
- Logistik Kendaraan Listrik (EV Logistics): Armada internal pabrik, seperti forklift dan truk penarik, diganti dengan versi listrik, sekaligus mengoptimalkan distribusi suku cadang untuk menekan jejak karbon transportasi.
- Manajemen Baterai Akhir Masa Pakai: Perusahaan mengembangkan kemitraan untuk mendaur ulang baterai lithium-ion EV, bahkan memanfaatkannya sebagai penyimpanan energi stasioner sebelum didaur ulang sepenuhnya.
Cek juga:
Apa Saja Skill yang Dibutuhkan dalam Green Supply Chain Management (GSCM)?
Nah, biar praktik Green Supply Chain Management (GSCM) berjalan efektif, tentunya perusahaan membutuhkan tim dengan kemampuan khusus. Berikut beberapa skill penting yang perlu dimiliki profesional GSCM:
- Analisis Data dan Big Data: Mampu menggunakan data untuk memantau dan menganalisis dampak lingkungan dari setiap aktivitas rantai pasok.
- Pemahaman Teknologi: Terbiasa menggunakan software SCM, IoT, dan teknologi hemat energi untuk efisiensi operasional hijau.
- Manajemen Proyek: Merancang dan menjalankan program hijau, seperti inisiatif 3R (Reuse, Reduce, Recycle), secara sistematis.
- Manajemen Risiko: Mengidentifikasi potensi risiko lingkungan dan hukum, lalu menyiapkan strategi mitigasinya.
- Pemahaman Regulasi: Menguasai aturan lingkungan dan standar keberlanjutan yang berlaku untuk memastikan kepatuhan perusahaan.
- Komunikasi: Mampu menjelaskan visi dan strategi GSCM dengan jelas ke tim, pemasok, dan pelanggan.
- Kepemimpinan & Kolaborasi: Memimpin perubahan dan membangun kerja sama dengan pemasok atau mitra untuk praktik hijau bersama.
- Negosiasi & Hubungan Pemasok: Menegosiasikan standar hijau dan membangun kemitraan strategis yang berkelanjutan.
- Pengambilan Keputusan: Membuat keputusan yang menyeimbangkan efisiensi biaya, kinerja, dan dampak lingkungan.
Kalau tertarik terjun ke bidang ini, semua keterampilan itu bisa kok kamu asah dengan mudah di Jurusan Teknik Industri Universitas Cakrawala. Di sini, kuliahnya berbasis praktik industri dan diajarkan oleh dosen praktisi berpengalaman di bidang supply chain.
Selain itu, pembelajarannya didukung dengan praktik langsung, termasuk magang sejak semester pertama dan penggunaan tools seperti ERP, SAP, WMS, hingga pemahaman Internet of Things (IoT). Makanya, lulus dari sini kamu akan lebih siap kerja di bidang GSCM.

Cek juga:
FAQ
1. Apa Perbedaan Green Supply Chain Management (GSCM) dan Supply Chain Management (SCM)?
Green Supply Chain Management (GSCM) sebenarnya masih bagian dari konsep Supply Chain Management (SCM), tapi dengan fokus tambahan pada lingkungan:
- SCM: Mengatur alur barang dan jasa dari bahan baku sampai produk sampai ke konsumen dengan fokus utama pada efisiensi dan biaya.
- GSCM: Selain efisiensi dan biaya, juga memperhatikan dampak lingkungan, termasuk pengurangan limbah, penggunaan energi bersih, daur ulang, dan produk ramah lingkungan.
2. Apa Saja Tantangan Utama dalam Mengimplementasikan GSCM?
Menerapkan GSCM memang menguntungkan, tapi ada beberapa tantangan yang sering dihadapi perusahaan:
- Biaya Awal yang Tinggi: Investasi untuk teknologi hijau, proses ramah lingkungan, dan pelatihan karyawan bisa mahal di awal.
- Kepatuhan Pemasok: Tidak semua pemasok memiliki standar lingkungan yang sama, sehingga perusahaan perlu seleksi dan kolaborasi lebih ketat.
- Perubahan Budaya Perusahaan: Karyawan dan manajemen harus terbiasa dengan praktik baru yang lebih berkelanjutan.
- Keterbatasan Teknologi: Beberapa proses ramah lingkungan membutuhkan teknologi khusus yang belum tersedia di semua industri.
3. Apa Saja Risiko Jika Perusahaan Tidak Menerapkan GSCM?
Kalau perusahaan mengabaikan GSCM, ada beberapa risiko yang bisa muncul:
- Dampak Lingkungan: Limbah, emisi, dan polusi meningkat, yang merusak lingkungan sekitar.
- Kerugian Biaya Jangka Panjang: Efisiensi rendah berarti biaya energi, bahan baku, dan limbah lebih tinggi.
- Kehilangan Kepercayaan Konsumen: Konsumen makin peduli lingkungan; perusahaan yang tidak ramah lingkungan bisa kehilangan pasar.
- Regulasi dan Hukum: Bisa terkena denda atau sanksi jika tidak memenuhi peraturan lingkungan yang berlaku.
Tertarik Belajar dan Berkarier di Bidang GSCM? Kuliah Aja di Universitas Cakrawala!
Jadi, itulah penjelasan lengkap soal Green Supply Chain Management (GSCM). Sekarang, kamu pasti sudah punya gambaran tentang definisi, prinsip inti, tujuan dan manfaat, contoh praktik di berbagai industri, hingga skill yang dibutuhkan untuk terjun di bidang ini.
Kalau kamu tertarik mendalami dan berkarier di bidang GSCM, kuliah di Jurusan Teknik Industri Universitas Cakrawala! Di sini, kuliahnya berbasis praktik industri dan diajarkan oleh dosen praktisi yang sudah berpengalaman langsung di supply chain hijau.
Berikut beberapa hal yang membuat kuliah di Universitas Cakrawala berbeda dari kampus lain:
- Fasilitasi Penyaluran Kerja: Terhubung dengan 1000+ perusahaan mitra, membuka peluang karier termasuk di bidang GSCM dan supply chain hijau.
- Kampus Siap Kerja: Kurikulum dan praktik langsung dirancang agar lulusan siap bersaing di dunia profesional.
- Magang Sejak Semester Pertama: Mahasiswa bisa langsung terlibat dalam proyek supply chain di perusahaan, sehingga pengalaman kerja sudah terbentuk sejak dini.
- Kurikulum Berbasis Industri: Materi disusun bersama praktisi supply chain dan sustainability agar sesuai kebutuhan dunia kerja terkini.
- Dosen Praktisi: Belajar langsung dari profesional yang berpengalaman di manajemen rantai pasok.
Tunggu apalagi? Yuk, daftar atau konsultasi gratis di sini sekarang juga untuk tahu lebih banyak soal program dan fasilitas di Jurusan Teknik Industri Universitas Cakrawala!