Topik soal boleh atau tidaknya penderita buta warna masuk Teknik Elektro sering banget bikin bingung. Ada kampus yang ketat soal tes seperti Ishihara, ada juga yang masih menerima buta warna parsial.
Supaya kamu nggak salah ambil jurusan, yuk kita bahas aturan umumnya dan hal-hal yang perlu diperhatikan!
Key Takeaways
- Tidak semua kampus melarang buta warna masuk Teknik Elektro. Kebijakan tiap universitas berbeda. Ada yang melarang total, ada yang menerima parsial, dan ada yang tidak mensyaratkan sama sekali.
- Buta warna bukan akhir dari peluang berkarier di bidang teknik. Banyak profesi elektro modern yang berbasis software, analisis, dan otomasi, sehingga tidak bergantung pada identifikasi warna.
- Universitas Cakrawala membuka akses kuliah Teknik Elektro tanpa syarat bebas buta warna. Dengan kurikulum berbasis industri, magang sejak awal, dan dosen praktisi, kampus ini bisa jadi pilihan ideal untuk memulai karier teknik yang siap kerja.
Apakah Teknik Elektro Boleh Buta Warna?
Secara umum, pada dasarnya tidak.
Mayoritas program studi Teknik Elektro di Indonesia (terutama universitas negeri) mewajibkan kemampuan melihat warna dengan benar karena banyak praktikum yang bergantung pada kode warna kabel, resistor, dan standar keselamatan kerja di laboratorium kelistrikan.
Karena itu, mahasiswa dengan buta warna total hampir selalu tidak diterima.
Namun, beberapa kampus masih memberi peluang untuk buta warna parsial, tergantung peminatannya dan hasil evaluasi lewat tes Ishihara atau tes lanjutan lainnya. Jadi tetap ada kemungkinan, tapi tidak semua kampus membuka kesempatan tersebut.
Persyaratan Kesehatan Mata untuk Jurusan Teknik Elektro
Persyaratan kesehatan mata untuk masuk Teknik Elektro sebenarnya berbeda-beda di setiap kampus.
Perbedaan aturan ini biasanya dipengaruhi fokus kurikulumnya, tingkat praktik kelistrikan, dan standar keselamatan masing-masing institusi. Berikut penjelasan detailnya:
1. Kampus yang Tidak Membolehkan Buta Warna Sama Sekali
Beberapa program studi Teknik Elektro di Indonesia memiliki standar yang cukup ketat dan mewajibkan calon mahasiswa memiliki persepsi warna normal. Kampus dengan aturan seperti ini biasanya memiliki kurikulum yang banyak melibatkan:
- Praktikum kelistrikan daya (power system)
- Identifikasi fase kabel R–S–T
- Pembacaan kode warna resistor dan komponen elektronik
- Pekerjaan yang berkaitan dengan keselamatan listrik
Pada aktivitas tersebut, kesalahan membedakan warna bisa berisiko tinggi, sehingga mahasiswa buta warna total maupun parsial biasanya tidak lolos seleksi kesehatan.
Kampus-kampus dengan fokus tinggi pada Electrical Power Engineering umumnya menggunakan standar ini.
2. Kampus yang Masih Menerima Buta Warna Parsial
Sebagian perguruan tinggi lebih fleksibel dan masih menerima calon mahasiswa dengan buta warna parsial. Biasanya, keputusan ini diambil setelah melihat hasil tes Ishihara dan, jika diperlukan, tes lanjutan seperti Farnsworth D-15.
Kampus dengan kebijakan ini biasanya memiliki peminatan atau jalur studi yang:
- Tidak terlalu bergantung pada identifikasi warna kabel
- Lebih banyak bekerja dengan software, seperti simulasi sistem tenaga, instrumentasi berbasis digital, atau otomasi industri
- Melibatkan pekerjaan analitis atau desain, bukan kerja lapangan yang berisiko
Di beberapa kampus, mahasiswa dengan buta warna parsial tetap bisa mengikuti kuliah, namun diberi pembatasan akses praktikum tertentu yang berisiko.
3. Kampus yang Tidak Mensyaratkan Tes Buta Warna
Ada juga perguruan tinggi yang tidak menetapkan tes buta warna sebagai syarat masuk Teknik Elektro. Biasanya ini terjadi pada kampus yang:
- Kurikulumnya fokus pada kontrol, robotika, atau elektronika digital
- Tidak menempatkan mahasiswa pada praktik kelistrikan tegangan tinggi
- Menekankan keahlian software engineering untuk sistem kelistrikan
Kampus seperti ini biasanya melihat bahwa tidak semua kompetensi di Teknik Elektro bergantung pada persepsi warna, sehingga tidak menjadikannya hambatan masuk.
Cek juga:
Risiko dan Tantangan Jika Buta Warna Masuk Teknik Elektro
Walaupun beberapa kampus masih memberi peluang bagi mahasiswa dengan buta warna parsial, tetap ada beberapa tantangan nyata yang perlu dipahami sejak awal:
1. Kesulitan Membedakan Warna Kabel Listrik
Dalam sistem kelistrikan, warna kabel bukan sekadar estetika, tapi penanda fungsi. Misalnya pada standar umum:
- Merah, kuning, hitam → fasa (R–S–T)
- Biru → netral
- Hijau–kuning → grounding
Bagi mahasiswa yang mengalami deuteranopia atau protanopia, membedakan warna-warna ini bisa jadi tantangan serius karena berkaitan dengan keselamatan kerja saat praktikum.
2. Tantangan Membaca Kode Warna Resistor dan Komponen Elektronik
Komponen seperti resistor, induktor, hingga beberapa jenis kapasitor masih menggunakan kode warna untuk menunjukkan nilai resistansi atau toleransi.
Mahasiswa dengan gangguan persepsi warna mungkin kesulitan membaca nilai dengan tepat tanpa alat bantu.
3. Risiko Salah Identifikasi Saat Praktikum
Dalam praktikum rangkaian listrik atau elektronika:
- Salah membaca warna → salah pasang komponen
- Salah pilih kabel → rangkaian tidak bekerja atau bisa menyebabkan konsleting
- Salah membaca indikator panel → salah pengambilan keputusan teknis
Risiko seperti ini membuat sebagian kampus berhati-hati dalam menerima mahasiswa dengan buta warna total.
4. Keterbatasan pada Praktikum Lapangan
Beberapa aktivitas seperti pengukuran panel listrik, maintenance instalasi, atau uji sistem tenaga secara langsung sangat mengandalkan visual yang akurat.
Mahasiswa buta warna parsial biasanya mendapat pembatasan atau harus menggunakan alat bantu labeling digital agar tetap aman.
Kabar baiknya, perkembangan teknologi membuat beberapa pekerjaan tidak lagi 100% bergantung pada warna. Contohnya:
- Label digital pada panel
- Simulasi komputer (seperti ETAP, MATLAB Simulink)
- Multimeter dan alat ukur yang menampilkan data angka, bukan warna
Ini alasan kenapa beberapa kampus masih menerima mahasiswa dengan kondisi buta warna parsial.
Langkah-Langkah yang Harus Diambil Jika Ingin Kuliah Teknik Elektro tapi Buta Warna
Kalau kamu punya kondisi buta warna (baik parsial maupun total), bukan berarti kamu otomatis kehilangan kesempatan kuliah di bidang teknik. Kamu hanya perlu mengambil langkah yang tepat supaya pilihan kampus dan jurusanmu tetap aman dan realistis.
Inilah cara yang bisa kamu ikuti:
1. Lakukan Tes Buta Warna Secara Resmi
Langkah awal yang paling penting adalah mengetahui tingkat buta warnamu lewat tes seperti Ishihara Color Test atau Farnsworth D-15.
Hasil ini akan membantumu menilai apakah kamu masih bisa mengambil jalur Teknik Elektro tertentu atau perlu mempertimbangkan alternatif.
2. Cari Kampus yang Tidak Mewajibkan Persepsi Warna Normal
Kalau kamu mencari kampus yang tidak mensyaratkan bebas buta warna untuk masuk Teknik Elektro, Universitas Cakrawala adalah salah satu pilihan yang paling ramah untuk kondisi seperti ini.
Jurusan Teknik Elektro di Universitas Cakrawala memang dirancang agar lebih inklusif, karena fokus pembelajarannya tidak hanya pada kerja lapangan yang bergantung pada identifikasi warna, tetapi juga pada bidang teknik modern yang bisa diikuti oleh mahasiswa dengan buta warna parsial maupun total.
Di Universitas Cakrawala, kamu akan belajar berbagai topik inti Teknik Elektro seperti:
- Sistem tenaga listrik
- Kontrol dan otomasi
- Embedded system programming
- Sensor dan Internet of Things (IoT)
- Teknologi kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV)
- Efisiensi energi
Semua materi ini disusun agar relevan dengan perkembangan industri energi, otomotif masa depan, dan industri digital di Indonesia.
Program Teknik Elektro di Universitas Cakrawala juga menggunakan kurikulum berbasis industri yang selalu diperbarui mengikuti tren tenaga listrik, otomasi, IoT, dan kendaraan listrik. Dengan begitu, pemahaman yang didapat langsung relevan dengan kebutuhan perusahaan.
Di tahun ke-4, mahasiswa terjun ke dunia kerja melalui magang atau proyek industri, diperkuat dengan program penyaluran kerja ke lebih dari 1.000 mitra perusahaan di berbagai sektor.
Dengan pendekatan ini, mahasiswa (termasuk yang memiliki buta warna parsial atau total) tetap bisa membangun karier di bidang teknik modern yang lebih fokus pada software, analisis, otomasi, dan desain sistem.

Cek juga:
3. Fokus pada Peminatan yang Sesuai
Jika kamu tetap ingin berkarier di dunia kelistrikan, pilih peminatan yang tidak terlalu mengandalkan identifikasi warna, seperti:
- Sistem otomasi
- Elektronika digital
- Instrumentasi berbasis software
- Analisis sistem tenaga menggunakan aplikasi simulasi
4. Gunakan Alat Bantu Jika Dibutuhkan
Saat praktikum, kamu bisa memanfaatkan:
- Label digital
- Aplikasi pembaca warna
- Multimeter dan alat ukur yang mengandalkan angka, bukan warna
Dengan langkah yang tepat, kondisi buta warna tidak harus menjadi penghalangmu untuk kuliah teknik.
Profesi di Bidang Ketenagalistrikan yang Tidak Mensyaratkan Persepsi Warna Normal
Meskipun beberapa bidang kerja kelistrikan membutuhkan identifikasi warna yang akurat, ada banyak profesi di dunia ketenagalistrikan yang tetap aman untuk penderita buta warna, terutama pekerjaan yang berbasis analisis, perencanaan, software, dan manajemen teknis.
Berikut beberapa contoh profesi yang tidak mengharuskan persepsi warna normal:
1. Electrical Design Analyst
Profesi ini fokus pada proses merancang dan memodelkan sistem tenaga listrik menggunakan software seperti ETAP, AutoCAD Electrical, atau MATLAB Simulink. Pekerjaan ini aman bagi penderita buta warna karena seluruh aktivitas dilakukan secara digital, tanpa perlu membedakan warna kabel atau komponen fisik.
Dalam pekerjaan ini, tugasmu bisa mencakup:
- Membuat desain single line diagram
- Melakukan simulasi aliran daya
- Menghitung kebutuhan proteksi sistem
- Menyiapkan gambar teknis untuk proyek instalasi
- Bekerja sama dengan tim engineering dan perencanaan
Kamu bisa menemukan posisi ini di perusahaan seperti PLN Engineering, Siemens Indonesia, dan WIKA Engineering.
2. SCADA & Automation Engineer
Bidang ini berkaitan dengan sistem kontrol industri, automasi pabrik, dan monitoring peralatan listrik secara real time. Interface SCADA bisa disesuaikan warnanya, sehingga tidak bergantung pada persepsi warna fisik.
Tugas di bidang ini biasanya meliputi:
- Membuat logika kontrol pada PLC atau DCS
- Memonitor performa peralatan melalui HMI/SCADA
- Melakukan troubleshooting sistem otomasi
- Mengembangkan dashboard performa mesin
- Mengintegrasikan sensor dan aktuator dalam sistem industri
Profesi ini banyak dibutuhkan di perusahaan seperti Schneider Electric, Pertamina RU, dan Astra Otoparts.
3. Energy Data Analyst
Peran ini sangat cocok untuk kamu yang suka angka, data, dan analisis. Fokusnya adalah membaca data konsumsi energi, mencari pola, dan memberikan rekomendasi efisiensi untuk perusahaan atau pembangkit listrik. Tidak ada interaksi dengan komponen listrik berwarna, sehingga aman untuk buta warna.
Pekerjaannya mencakup:
- Mengolah data energi dari sensor atau metering
- Membuat laporan efisiensi energi
- Memprediksi beban listrik
- Membuat visualisasi data
- Memberi masukan untuk pengembangan sistem energi
Perusahaan yang mencari posisi ini antara lain CIMB Niaga Energy Management, Chevron Indonesia, dan startup energi seperti Xurya.
4. Power System Planner
Planner berperan penting dalam merencanakan pengembangan jaringan listrik, mulai dari pembangkit, transmisi, hingga distribusi. Semua analisis dilakukan dengan software simulasi, sehingga tidak bergantung pada kemampuan membedakan warna.
Tugas sehari-hari bisa mencakup:
- Melakukan studi aliran daya
- Menilai kebutuhan infrastruktur baru
- Merancang jaringan distribusi
- Menganalisis investasi aset listrik
- Membuat laporan teknis untuk regulator atau perusahaan
Posisi ini bisa kamu temukan di PLN UIP, Lembaga Manajemen Energi, dan konsultan energi seperti DNV Indonesia.
Cek juga:
5. Technical Writer Bidang Ketenagalistrikan
Profesi ini cocok kalau kamu suka menulis dan tertarik dengan dunia teknik. Pekerjaannya tidak melibatkan komponen listrik secara fisik.
Tugasnya mencakup:
- Menulis manual peralatan listrik
- Membuat SOP keselamatan
- Menyusun dokumentasi proyek
- Membuat modul pelatihan
- Bekerja sama dengan tim engineering untuk validasi informasi
Posisi ini tersedia di perusahaan seperti ABB Indonesia, GE Renewable Energy, dan berbagai konsultan teknik.
6. EV System Analyst (Kendaraan Listrik)
Industri kendaraan listrik berkembang pesat, dan banyak pekerjaan berbasis analisis software, bukan instalasi fisik. Karena itu, posisi ini aman untuk penderita buta warna.
Tugas yang biasa dikerjakan:
- Menganalisis performa baterai EV
- Memantau sistem BMS (Battery Management System)
- Membuat simulasi performa motor listrik
- Menguji sistem kontrol berbasis software
- Memberi rekomendasi efisiensi untuk kendaraan listrik
Perusahaan yang membuka peran ini antara lain Hyundai Motor Manufacturing Indonesia, Wuling Motors, dan startup EV seperti Volta.
Frequently Ask Questions (FAQ)
1. Bisakah penderita buta warna menjadi insinyur listrik profesional?
Bisa, tetapi sangat tergantung bidang pekerjaannya.
Untuk pekerjaan yang tidak melibatkan identifikasi warna kabel atau komponen fisik, seperti design engineer, SCADA engineer, energy analyst, atau power system planner, buta warna bukan hambatan.
Beberapa perusahaan ketenagalistrikan modern mengandalkan software dan analisis digital, sehingga posisi tertentu tetap terbuka.
2. Saya buta warna parsial, jurusan teknik apa yang cocok untuk saya?
Buta warna parsial masih bisa cocok untuk beberapa jurusan seperti:
- Teknik Informatika
- Sistem Informasi
- Teknik Industri
- Manajemen Rekayasa
- Teknologi Informasi
Semua jurusan tersebut tidak menuntut identifikasi warna fisik dan fokus pada analisis, pemrograman, atau manajemen proses.
3. Apakah semua jurusan teknik menolak calon mahasiswa buta warna?
Tidak. Hanya jurusan tertentu seperti Teknik Elektro, Teknik Mesin, atau Teknik Kimia di beberapa kampus yang memiliki persyaratan ketat terkait persepsi warna karena alasan keselamatan kerja.
Jurusan lain seperti Informatika, Sistem Informasi, Industri, dan Manajemen Rekayasa umumnya tidak membatasi penderita buta warna.
4. Apakah buta warna parsial menjadi penghalang karir di BUMN sektor energi?
Tidak selalu. Banyak posisi di BUMN energi seperti PLN, Pertamina, atau Geo Dipa Energy yang tidak mengharuskan pekerja turun ke lapangan. Beberapa posisi tidak mewajibkan persepsi warna normal, seperti:
- Planner
- Data analyst
- Design engineer
- SCADA operator
Namun, posisi lapangan biasanya lebih ketat.
5. Bagaimana prospek jangka panjang karir Teknik Elektro untuk penderita deuteranopia?
Prospeknya tetap baik, asalkan kamu memilih jalur yang tepat. Penderita deuteranopia bisa unggul di bidang yang berbasis simulasi, desain, otomasi, kontrol digital, energi terbarukan, atau analisis data ketenagalistrikan.
Teknologi modern semakin mengurangi ketergantungan pada kode warna fisik, sehingga peluang karier ke depan tetap terbuka luas.
Mulai Langkah Kuliah Teknik Elektro Tanpa Khawatir Buta Warna!
Pada dasarnya, kamu tetap bisa belajar Teknik Elektro selama kampusnya tidak mensyaratkan persepsi warna normal, dan salah satu kampus yang memberikan akses ini adalah Universitas Cakrawala.
Kalau kamu ingin belajar Teknik Elektro tanpa khawatir dibatasi syarat buta warna, sekaligus ingin kuliah dengan pendekatan yang siap kerja, Program Studi S1 Teknik Elektro di Universitas Cakrawala bisa jadi pilihan yang pas. Kamu tetap bisa mengejar karier di bidang energi, otomasi, atau teknologi modern karena kurikulumnya dirancang agar relevan dengan kebutuhan industri saat ini.
Berikut beberapa hal yang membuat belajar Teknik Elektro di Universitas Cakrawala berbeda dari kampus lain:
- Program Penyaluran Kerja: Terhubung dengan lebih dari 1.000 mitra industri, membuka peluang besar bagi lulusan untuk langsung terserap di dunia kerja.
- Magang Sejak Semester Pertama: Mahasiswa sudah bisa langsung merasakan pengalaman dunia kerja sejak awal kuliah, termasuk membangun relasi, soft skill, dan portofolio profesional sedini mungkin.
- Kurikulum Berbasis Industri: Semua mata kuliah dirancang sesuai kebutuhan pasar kerja agar setiap lulusan benar-benar siap bersaing di dunia profesional.
- Dosen Praktisi: Kamu akan belajar langsung dari para profesional yang sudah berpengalaman bertahun-tahun di industrinya.
Menarik banget, kan? Kalau kamu ingin kuliah Teknik Elektro tanpa terkendala syarat buta warna, yuk, daftar atau tanya-tanya gratis sekarang untuk tahu lebih banyak tentang Program Studi Teknik Elektro di Universitas Cakrawala!